Minggu, 16 Mei 2010

Resensi Buku : La Tahzan ! (Jangan Bersedih ! )

Judul Resensi          
Tips Menjadi Orang yang Paling Bahagia Dan Membantu Kita Agar Tidak Mudah Bersedih Dalam Menghadapi Setiap Permasalahan.

                     Judul Buku                             : La Tahzan [Jangan Bersedih]
                    Penulis                                    : DR. ‘Aidh Al-Qarni
                     Penerjemah                           : Samson Rahman
                     Penerbit                                 : Qisthi Press
                     Cetakan ke/Tahun Terbit     : Ke-35, September 2003
                     Tebal buku                             : xxviii + 572 halaman
                    Panjang/Lebar/Tebal            : 24 cm/15 cm/ 3,8 cm
                   Jenis Kertas                            : HVS
                    Harga                                      : Rp 89.000 – Rp 105.000


            Buku ini mengulas tentang permasalahan-permasalahan yang membuat siapa saja senantiasa merasa hidup dalam bayangan-bayangan kegelisahan, kesedihan dan kecemasan. Lalu dengan buku ini, perasaan-perasaan tersebut hilang dan buku ini mengajak Anda untuk senantia Berbahagia.
            Dalam buku ini, penulis sengaja menukil ayat-ayat Allah, bait-bait syair, pengalaman dan ‘ibrah, catatan peristiwa dan hikmah, serta berbagai perumpamaan dan kisah-kisah yang dijadikan oleh penulis sebagai penawar hati yang lara, penghibur jiwa yang tercabik, dan pelipur diri yang sedang dirundung duka cita.
Buku ini mengatakan kepada Anda, “Bergembiralah dan berbahagialah!” atau “ Optimislah dan tenanglah!” Bahkan, mungkin pula ia akan berkata, “Jalani hidup ini apa adanya dengan ketulusan dan keriangan!”.

DR. ‘Aidh Al-Qarni, Beliau berasal dari keluarga Majdu' al-Qarni, lahir di tahun 1379 H di perkampungan al-Qarn, sebelah selatan Kerajaan Arab Saudi. Meraih gelar kesarjanaan dari Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Imam Muhammad ibn Su'ud tahun 1403-1404 dan gelar Magister dalam bidang Hadits Nabi tahun 1408 H dengan tesis berjudul al-Bid'ah wa Atsaruha fi ad-Dirayah wa ar-Riwayah (Pengaruh Bid'ah terhadap ilmu Dirayah dan Riwayah Hadits).


            Gelar Doktornya diraih dari Universitas yang sama pada tahun 1422 H dengan judul disertasi "Dirasah wa Tahqiq Kitab al-Mafhum 'Ala Shahih Muslim li al-Qurthubi" (Studi analisis Kitab al-Mafhum 'Ala Shahih Muslim karya al-Qurthubi). Ia telah menghasilkan lebih dari delapan kaset rekaman yang memuat khotbah, kuliah, ceramah, sejumlah bait syair dan hasil seminar-seminar kesusatraan.




            Beliau juga penulis buku "La Tahzan", "30 Tips Hidup Bahagia", "Berbahagialah : Tips Menggapai Kebahagiaan Dunia Akhirat", "Menjadi Wanita Paling Bahagia", "Muhammad
Ka annaka Tara", "Bagaimana Mengakhiri Hari-Harimu".dll


            Ia juga hafal Al-Quran (yang merupakan syarat mutlak sebagai mahasiswa di Saudi Arabia, pada umumnya), dan juga hafal kitab hadits Bulugh al-Maram serta menguasai 5000 hadits, dan lebih dari 10000 bait syair Arab kuno hingga modern.


Beberapa syair dari beliau :


"Kutanamkan di dalamnya mutiara,
hingga tiba saatnya ia dapat menyinari tanpa mentari
dan berjalan di malam hari tanpa rembulan.
Karena kedua matanya ibarat sihir dan keningnya laksana pedang buatan India
Milik Allah-lah setiap bulu mata, leher dan kulit yang indah mempesona..."
"Betapapun kulukiskan keagungan-Mu dengan deretan huruf,
Kekudusan-Mu tetap meliputi semua arwah
Engkau tetap yang Maha Agung, sedang semua makna,
akan lebur, mencair, ditengah keagungan-Mu, wahai Rabb ku"

          Buku ini mampu mengajak kita untuk hidup berbahagia dengan menghilangkan segala perasaan-perasaan yang membuat kita gelisah, sedih dan cemas. Buku ini menyertakan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan hadits yang sesuai dengan tema setiap bahasan. Buku ini bersifat umum. Singkatnya, buku ini untuk kaum muslim maupun non-muslim. Terdapat beberapa tips menghilangkan rasa sedih di hati, serta beberapa kisah-kisah yang diangkat sesuai dengan materinya.

            Namun, buku ini tidak memiliki ringkasan strategi, sehingga para pembaca merasa kesulitan dalam meringkas materi. Buku ini terlalu banyak materi dan tidak tersusun dalam bab-bab tidak seperti kebanyakan buku-buku. Ini menyulitkan pembaca dalam memahami semua materi. Dimensi buku ini terlalu tebal sehingga kurang praktis untuk di bawa dalam perjalanan.

            Meskipun begitu, buku ini layak untuk dibaca khalayak umum karena buku ini dapat memotivasi pembaca dalam menghadapi permasalahan-permasalahan dan membuat pembaca dapat merasakan hidup berbahagia.



Ringkasan
            Setiap ucapan baik, doa yang tulus, rintihan yang jujur, air mata yang menetes penuh keikhlasan, dan semua keluhan yang menggundahgulanakan hati adalah hanya pantas di tujukan ke hadirat-Nya.
            Pikirkanlah dan Syukurilah artinya ingatlah setiap nikmat yang Allah anugerahkan kepada kita. Karena Dia telah melipatkan nikmat-Nya dari ujung rambut di atas kepala hingga ke bawah kedua telapak kaki.
            Mengingat dan mengenang masa lalu, kemudian bersedih atas nestapa dan kegagalan di dalamnya merupakan tindakan bodoh dan gila. Itu sama saja artinya dengan membunuh semangat, memupuskan tekad dan mengubur masa depan yang belum terjadi.
            Jangan pernah mendahului sesuatu yang belum terjadi! Hari esok adalah sesuatu yang belum nyata dan dapat diraba, belum berwujud, dan tidak memiliki rasa dan warna. Hari esok ada dalam alam gaib dan belum turun ke bumi. Maka tidak sepantasnya kita menyeberangi sebuah jembatan sebelum sampai diatasnya.
            Berbuat baik terhadap orang lain, melapangkan dada. Kebajikan itu sebajik namanya, keramahan itu seramah wujudnya, dan kebaikan itu sebaik rasanya. Orang-orang yang pertama kali akan dapat merasakan manfaat dari semua itu adalah mereka yangmelakukannya. Mereka akan merasakan “buah”nya seketika itu juga dalam jiwa, akhlak, dan nurani mereka. Sehingga, mereka pun selalu lapang dada, tenang, tentram dan damai
            Isi waktu luang dengan berbuat! orang- orang yang banyak menganggur dalam hidup ini, biasanya akan menjadi penebar isu dan desas desus yang tak bermanfaat. Itu karena akal pikiran mereka selalu melayang-layang tak tahu arah.
            Qhada’ dan Qadar. Apa yang membuat kita benar, maka tak akan membuat kita salah. Sebaliknya, apa yang membuat kita salah, maka tak akan membuat kita benar. Jika keyakinan tersebut tertanam kuat pada jiwa kita dan kukuh bersemayam dalam hati kita, maka setiap bencana akan menjadi karunia, setiap ujian menjadi anugerah, dan setiap peristiwa menjadi penghargaan dan pahala. Karena iut, jangan pernah merasa gundah dan bersedih dikarenakan suatu penyakit, kematian yang semakin dekat, kerugian harta, atau rumah terbakar. Betapapun, sesungguhnya Sang Maha Pencipta telah menentukan segala sesuatunya dan takdir telah bicara. Usaha dan upaya dapat sedemikian rupa, tetapi hak untuk menentukan mutlak milik Allah. Pahala telah tercapai, dan dosasudah dihapus. Maka, berbahagialah orang-orang yang tertimpa musibah atas kesabaran dan kerelaan mereka terhadap Yang Maha Mengambil, Maha Pemberi, Maha Mengekang lagi Maha Lapang.
            Bersama kesulitan ada kemudahan. Mereka yang terpaku pada waktu yang terbatas dan pada kondisi yuang [mungkin] sangat kelam, umumnya hanya akan merasakan kesusahan, kesengsaraan, dan keputusasaan dalam hidup mereka. Itu karena merekahanya menatap dinding-dinding kamar dan pintu-pintu rumah mereka. Padahal, mereka seharusnya menembuskan pandangan sampai kebelakang tabir dan berpikir lebih jauh tentang hal-hal yang berada diluar pagar rumahnya. Maka dari itu, jangan pernah merasa terhimpit sejengkalpun, karena setiap keadaan pasti berubah. Dan sebaik-baik ibadahadalah menanti kemudahan dengan sabar.
            Sebaiknya kita selalu melihat sisi lain dari kesedihan itu. Sebab, belum tentu semuanya menyedihkan, pasti ada kebaikan, secercah harapan, jalan keluar serta pahala. Betapapun, kita harus selalu melihat dan yakin bahwa di balik musibah terdapat ganti dan balasan dari Allah yang akan selalu berujung pada kebaikan kita.
            Jalanilah hidup ini sesuai dengan kenyataan yang ada. Jangan larut dalam khalayan. Dan, jangan pernah menerawang ke alam imajinasi. Hadapi kehidupan ini apa adanya; kendalikan jiwa kita untuk dapat menerima dan menikmatinya! Bagaimanapun, tidak mungkin semua teman tulus kepada kita dan semua perkara sempurna di mata kita. Sebab, ketulusan dan kesempurnaan itu ciri dan sifat kehidupan dunia.
            Sungguh, betapa banyaknya penderitaan yang terjadi, dan berapa banyak pula orang-orang yang sabar menghadapinya. Maka kita bukan hanya satu-satunya orang yang mendapat cobaan. Bahkan, mungkin saja penderitaan atau cobaan kita tidak seberapa bila dibandingkan dengan cobaan orang lain.
            Kini, sudah tiba waktu kita untuk memandang diri kita mulia bersama mereka yang terkena musibah dan mendapat cobaan. Sudah tiba pula waktu kita untuk menyadari bahwasannya kehidupan dunia ini merupakan penjara bagi orang-orang mukmin dan tempat kesusahan dan cobaan. Bandingkan penderitaan kita dengan penderitaan orang-orang di sekitar kita dan orang-orang sebelum kita, niscaya kita akan sadar bahwa kita sebenarnya beruntung dibanding mereka. Bahkan , kita akan merasakan bahwa penderitaan kita itu hanyalah duri-duri kecil yang tak ada artinya. Maka, panjatkan segala pujian kepada Allah atas semua kebaikan-Nya itu, bersyukurlah kepada-Nya atas semua yang diberikan kepada kita, bersabarlah atas semua yang di ambil-Nya, dan yakinlah kemuliaan kita bersama orang-orang menderita di sekitar kita
            Jika kita diliputi ketakutan, dihimpit kesedihan, dan dicekik kerisauan, maka segeralah bangkit untuk melakukan shalat, niscaya jiwa kita akan kembali tentram dan tenang. Sesungguhnya, shalat itu – atas izin Allah – sangatlah cukup untuk hanya sekadar menyirnakan kesedihan dan kerisauan. Salah satu nikmat Allah yang paling besar – jika kita mau berpikir – adalah bahwa shalat wajib lima waktu dalam sehari semalam dapat menebus dosa-dosa kita dan mengangkat derajat kita di sisi Rabb kita. Bahkan shalat lima waktu juga dapat menjadi obat paling mujarab untuk mengobati pelbagai kekalutan yang kita hadapi dan obat yang sangat manjur untuk berbagai macam penyakit yang kita derita. Betapapun, shalat mampu meniupkan ketulusan iman dan kejernihan iman ke dalam relung hati, sehingga hati pun selalu ridha dengan apa saja yang telah ditentukan Allah.
            Lain halnya dengan orang yang lebih senang menjauhi masjid dan meninggalkan shalat. Mereka niscaya akan hidup dari satu kesusahan ke kesusahan yang laim, dari guncangan jiwa yang lain, dan dari kesengsaraan yang satu ke sengsaraan yang lain.
            Menyerahkan semua perkara kepada Allah, bertawakal kepada_nya, percaya sepenuhnya terhadap janji-janji_nya, ridha dengan apa yang dilakukan-Nya, berbaik sangka kepada-Nya, dan menunggu dengan sabar pertolongan dari-Nya merupakan buah keimanan yang paling agung dan sifat yang paling mulia dari seorang mukmin. Dan ketika seorang hamba tenang bahwa apa yang akan terjadi itu baik baginya, dan ia menggantungkan setiap permasalahannya hanya kepada Rabb-nya, maka ia akan mendapatkan pengawasan, perlindungan, pencukupan serta pertolongan dari Allah.
            Manusia tidak akan pernah mampu melawan setiap bencana, menaklukan setiap derita, dan mencegah setiap malapetaka dengan kekuatannya sendiri. Sebab, manusia adalah makhluk yang sangat lemah. Mereka akan mampu menghadapi semua itu dengan baik hanya bila bertawakal kepada Rabb-nya, percaya sepenuhnya kepada Perlindungnya, dan menyerahkan semua perkara kepada-Nya. Karena, jika tidak demikian, jalan keluar mana lagi yang akan ditempuh manusia yang lemah tak berdaya ini saat menghadapi ujian dan cobaan?.
            Di antara perkara yang dapat melapangkan dada dan melenyapkan awan kesedihan adalah berjalan menjelajah negeri dan membaca “buku penciptaan” yang terbuka lebar ini untuk menyaksikan bagaimana pena-pena kekuasaan menuliskan tanda-tanda keindahan di atas lembaran-lembaran kehidupan.
            Mengurung diri dalam kamar yang sunyi bersama kekosongan yang membahayakan merupakan cara ampuh untuk bunuh diri. Kamar kita bukanlah alam semesta. Dan kita bukan manusia satu-satunya di alam semesta. Karena itu, mengapa kita harus menyerahkan diri kepada “pembisik-pembisik” kesusahan dan kesedihan? Tidakkah kita sebaiknya menyatukan pandangan, pendengaran dan hati untuk menyeru kepada diri kita sendiri. Menjelajahi pelosok-pelosok negeri merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan. Bahkan, para dokter sudah banyak merekomendasikan kepada mereka yang sedang stress menghadapi sesuatu persoalan dan tertekan oleh beratnya hidup, agar melepaskan semua itu dengan berjalan ke tempat-tempat indah yang tak pernah ia kunjungi. Karena iut, marilah sesekali kita berjalan menjelajah pelosok negeri untuk mencari ketenangan, bergembira, berpikir, dan sekaligus menghayati ciptaan Allah yang sangat luas ini.
            Sabar itu Indah, bersabar diri merupakan ciri orang-orang yang menghadapi pelbagai kesulitan dengan lapang dada, kemauan yang keras, serta ketabahan yang besar. Bersabarlah karena Allah ! Dan sebaiknya kita bersabar sebagaimana kesabaran orang yang yakin akan datangnya kemudahan, mengetahui tempat kembali yang baik, mengharap pahala, dan senang mengingkari kejahatan. Seberapa pun besar permasalahan yang kita hadapi, tetaplah bersabar. Karena kemenangan itu sesungguhnya akan datang bersama dengan kesabaran. Jalan keluar datang bersama kesulitan. Dan, dalam setiap kesulitan itu ada kemudahan.
            Letakkanlah setiap persoalan sesuai dengan ukuran, bobot dan kadarnya. Janganlah sekali-kali kita melakukan kezaliman dan melampaui batas.  Abaikanlah hal-hal sepele yang tak penting. Jangan sampai kita hanya disibukkan olehnya dan waktu kita habis karenanya. Dengan begitu, niscaya kita kegundahan dan kecemasan akan selalu menjauhi kita. Dan kita pun selalu riang ceria.
            Jika kita ingin bahagia, maka terimalah dengan rela hati bentuk perawakan tubuh yang diciptakan Allah untuk kita, apapun kondisi keluarga kita, bagaimanapun suara kita, seperti apapun kemampuan daya tangkap dan pemahaman kita, serta seberapapun penghasilan kita. Bahkan, kalau ingin meneladani para guru sufi yang zuhud, maka sesungguhnya mereka telah melakukan sesuatu yang lebih dari sekadar apa yang di sebutkan itu. Mereka selalu berkata, “ seyogyanya kita senantiasa tetap senang hati menerima sedikit apapun yang kita miliki dan rela dengan segala sesuatu yang tidak kita miliki”.
            Berikut ini adalah beberapa tokoh terkenal yang kehidupan duniawi mereka kurang beruntung.
  1. ‘Atha ibn Rabah, seorang yang paling alim pada zamannya adalah seorang mantan budak berkulit hitam, berhidung pesek, lumpuh tangannya, dan berambut keriting
  2. Ahnaf ibn Qais, orang Arab yang dikenal paling sabar dan penyantun ini sangat kurus tubuhnya, bongkok punggungnya, melengkung betisnya dan lemah postur tubuhnya.
  3. Al-A’masy, aahli hadits kenamaan di dunia ini adalah sosok manusia yang sayu sorot matanya dan seorang mantan budak yang fakir, compang-camping baju yang dikenakannya, dan tidak menarik penampilan diri dan rumahnya.
  4.  
Ini mengisyaratkan bahwa harga diri kita ditentukan oleh kemampuan, amal salih, kemanfaata, dan akhlak kita. Karena itu, janganlah kita bersedih dengan wajah yang kurang cantik, harta yang tak banyak, anak yang sedikit, dan rumah yang tak megah ! Singkatnya, terimalah setiap pembagian Allah dengan penuh kerelaan hati.


            Keadilan merupakan tuntutan akal dan juga syariat. Keadilan adalah tidak berlebih-lebihan, tidak melampaui batas, tidak memboroskan-boroskan, dan tidak menghambur-hamburkan. Maka, barangsiapa menginginkan kebahagiaan, ia harus senantiasa mengendalikan setiap perasaan dan keinginannya. Dan ia harus pula mampu bersikap adil dalam kerelaan dan kemurkaanya, dan juga adil dalam kegembiraan dan kesedihannya. Betapapun, tindakan berlebihan dan melampaui batas dalam menyikapi segala peristiwa merupakan wujud kezaliman kita terhadap diri kita sendiri.
Manusia yang paling sengsara adalah dia yang menjalani kehidupan ini dengna hanya mengikuti hawa nafsu dan menuruti setiap dorongan emosi serta keinginan hatinya. Pada kondisi yang demikian itu, manusia akan merasa setiap peristiwa menjadi sedemikian berat dan sangat membebani, seluruh sudut kehidupan ini menjadi semakin gelap gulita, dan kebencian, kedengkian serta dendam kesumat pun mudah bergolak di dalam hatinya.
            Dan akibatnya, semua itu membuat seseorang hidup dalam dunia khayalan dan ilusi. Ia akan memandang setiap hal di dunia ini musuhnya, ia menjadi mudah curiga dan merasa setiap orang di sekelilingnya sedang berusaha menyingkirkan dirinya, dan ia akan selalu dibayangi rasa was-was dan kekhawatiran bahwa dunia ini setiap saat akan merenggut kebahagiaannya. Demikianlah, maka orang seperti itu senantiasa hidup dibawah naungan awan hitam kecemasan, kegelisahan dan kegundahan.
            Bersedih tak diajarkan syariat dan tak bermanfaat. Bersedih itu sangat dilarang, bersedih itu hanya akan memadamkan kobaran api semangat, meredamkan tekad, dan membekukan jiwa. Dan kesedihan itu ibarat penyakit demam yang membuat tubuh menjadi lemas tak berdaya. Mengapa demikian?
            Tak lain, karena kesedihan hanya memiliki daya yang menghentikan dan bukan menggerakkan. Dan itu artinya sama sekali tidak bermanfaat bagi hati. Bahkan, kesedihan merupakan satu hal yang paling disenangi setan. Maka dari itu, setan selalu berupaya agar seorang hamba bersedih untuk menghentikan setiap langkah dan niat baiknya.
           
            Kesedihan adalah teman akrab kecemasan. Adapun perbedaanya antara keduanya adalah manakala suatu hal yang tidak disukai hati itu berkaitan dengan hal-hal yang belum terjadi, ia akan membuahkan kecemasan. Sedangkan bila berkaitan dengan persoalan masa lalu, maka ia dapat melemahkan semangat dan kehendak hati untuk berbuat suatu kebaikan.
            Kesedihan dapat membuat hidup menjadi keruh. Ia ibarat racun berbisa bagi jiwa yang dapat menyebabkan lemah semangat, krisis gairah, dan galau dalam menghadapi hidup ini. Dan itu, akan berujung pada ketidakacuhan diri pada kebaikan, ketidakpedulian pada kebajikan, kehilangan semangat untuk meraih kebahagiaan, dan kemudian akan berakhir pada pesimisme dan kebinasaan diri yang tiada tara.
            Meski demikian, pada tahap tertentu kesedihan memang tidak dapat dihindari dan seorang terpaksa harus bersedih karena suatu kenyataan. Berkenaan dengan ini, disebutkan bahwa para ahli surga ketika memasuki surga akan berkata,
“Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami”
[QS. Fathir: 34]. Ini menandakan bahwa ketika di dunia mereka pernah bersedih sebagaimana mereka tentu saja pernah ditimpa musibah yang terjadi di luar ikhtiar mereka. Hanya, ketika kesedihan itu harus terjadi dan jiwa tidak lagi memiliki cara untuk menghindarinya, maka kesedihan itu justru akan mendatangkan pahala. Itu terjadi, karena kesedihan yang demikian merupakan bagian dari musibah atau cobaan. Maka dari itu, ketika seorang hamba ditimpa kesedihan hendaknya ia senantiasa melawannya dengan doa-doa dan sarana-sarana lain yang memungkinkan untuk mengusirnya.
            Kesedihan yang terpuji – yakni yang dipuji setelah terjadi – adalah kesedihan yang disebabkan oleh ketidakmampuan menjalankan suatu ketaatan atau dikarenakan tersungkur dalam jurang kemaksiatan. Dan kesedihan seorang hamba yang disebabkan oleh kesadaran bahwa kedekatan dan ketaatan dirinya kepada Allah sangat kurang. Maka, hal itu menandakan bahwa hatinya hidup dan terbuka untuk menerima hidayah dan cahaya-Nya.


            Kesedihan dapat menyebabkan Abses. Ini adalah pernyataan Dr. Joseph F. Montagno, penulis buku The Problem of Nervousness. Dalam buku tersebut Montagno mengatakan: “Penyebab abses yang kita derita bukan berasal dari makanan yang kita konsumsi, tapi karena sesuatu yang memakan dirimu.”
            Sesuai dengan yang ditulis oleh majalah Life, bahwa abses ini menempati urutan kesepuluh dalam daftar penyakit yang mematikan.
            Dampak dari kesedihan, kegundahan, dan kedengkian
  1. Hancurnya rumah tangga
  2. Bencana yang bersifat materi dan kesedihan
  3. Kesendirian dan kecemasan
  4. Perasaan terhina dan dendam kesumat

Jangan bersedih. Sebab rasa sedih akan selalu menganggumu dengan kenangan masa lalu. Kesedihan akan membuat kita khawatir dengan segala kemungkinan di masa mendatang. Serta akan menyia-nyiakan kesempatan kita pada hari ini.
Jangan bersedih. Karena rasa sedih hanya akan membuat hati menjadi kecut, wajah muram, semangat makin padam, dan harapan kian menghilang.
Janganlah bersedih. Sebab kesedihan hanya akan membuat musuh gembira, kawan bersedih, dan menyenangkan para pedengki. Kerap membuat hakikat-hakikat yang ada berubah.
Jangan bersedih. Karena rasa sedih sama dengan menentang qadha’ dan menyesali sesuatu yang pasti. Kesedihan membuat kita jauh dari sikap lembut, juga benci terhadap nikmat.
Jangan bersedih. sebab rasa sedih tidak akan pernah mengembalikan sesuatu yang hilangdan semua yang telah pergi. Tidak pula akan membangkitkan orang yang telah mati. Tidak mampu menolak takdir, serta tidak mendatangkan manfaat.
Jangan bersedih. Karena rasa sedih itu datangnya dari setan. Kesedihan adalah rasa putus asa yang menakutkan, kefakiran yang menimpa, putus asa yang berkelanjutan, depresi yang harus di hadapi, dan kegagalan yang menyakitkan.

Kebahagiaan itu, menurut para sahabat, adalah sesuatu yang tidak banyak menyibukkan, kehidupan yang sangat sederhana, dan penghasilan yang pas-pasan.
Kebahagiaan itu adalah keriangan hati, karena kebenaran yang dihayatinya. Kebahagiaan adalah lapang dada, karena prinsip yang menjadi pedoman hidup. Juga, kebahagiaan adalah ketenangan hati, karena kebaikan di sekelilingnya.
Kunci kebahagiaan. Jika kita ber-ma’rifat kepada Allah, menyucikan-Nya, beribadah kepada-Nya, dan menempatkan-Nya sebagai Ilah, sementara kita berada di dalam sebuah gubuk, niscaya kita akan mendapat kebaikan, kebahagiaan, ketenangan, dan rasa damai.
Namun jika kita menyimpang, walaupun tinggal di dalam istana yang paling megah, di rumah yang paling luas, dan memiliki semua yang kita sukai, maka ketahuilah bahwa akhir kehidupan adalah pahit sekali dan penderitaan dalam arti yang sebenarnya. Dan, itu berarti bahwa kita hingga kini belum memiliki kunci kebahagiaan.

2 komentar:

  1. Syukron ya akhi, ahli surga bersemayam dalam dirimu

    BalasHapus
  2. Manusia hanya bisa berencana, tapi takdir tak akan pernah salah berada, karena semua telah di tetapkannya RabbMu

    BalasHapus